Haloo kakak-kakak KUNers! Semoga kita semua senantiasa dalam keadaan sehat dan bahagia :)
“Pendidikan adalah awal perubahan, tanpa pendidikan tidak ada peradaban”
- — Najwa Shihab
Seperti kata pepatah tersebut, pendidikan merupakan hal yang krusial bagi peradaban kita. Bisa kita bayangkan bagaimana jadinya kehidupan kita jika pendidikan tidak ada? Bisa-bisa kita kembali ke zaman dahulu, zaman di mana manusia yang hanya hidup di gua tanpa peradaban yang layak. Dengan pendidikan, peradaban manusia jauh berkembang secara pesat menghasilkan kehidupan modern yang kita rasakan sekarang. Namun, pada kenyataanya, meskipun zaman sudah berubah dan pendidikan jauh berkembang secara pesat, tidak semua anak dapat merasakan pendidikan yang layak. Banyak anak-anak hanya mendapatkan pendidikan seadanya, bahkan cenderung tidak layak. Terutama daerah yang letaknya terpencil dan jauh dari kota-kota besar. Pedidikan di kota dan daerah terpencil yang ada di Indonesia pada kenyataannya memang memiliki perbedaan yang signifikan dan saya melihatnya sendiri di desa tempat saya melakukan pengabdian, yaitu di Dusun Datara, Kec. Bungaya, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan.
Petualangan saya dimulai ketika saya lulus SNBP dan bingung untuk mengisi waktu luang yang saya miliki. Saya kemudian memutuskan untuk mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiataan volunteer yang diadakan oleh Komunitas Koin Untuk Negeri dan Puji Tuhan saya bisa lolos sampai tahap akhir dan bisa berangkat bersama kakak-kakak relawan lainnya. Perjalanan kami tempuh selama kurang lebih 3 jam mengendarai motor, kemudian dilanjutkan 2 jam berjalan kaki dengan rute yang cukup menguras tenaga, tetapi semua perjalanan yang melelahkan itu terbayar dengan indah karena saya dapat melihat senyuman dari anak-anak yang berada di tempat tersebut. Sungguh mengharukan bagi saya. Anak-anak yang berada di Dusun Datara juga sangat antusias mengikuti kelas-kelas yang diberikan pada mereka. Mulai dari kelas Agama, Alam, Kreativitas, dan Literasi. Senyum merekah di wajah mereka ketika kami bermain games pada saat kelas Alam, pun begitu semangat belajar mereka terpancar ketika membaca pada saat kelas Literasi. Mereka juga sangat antusias dalam kegiatan menggambar dan mewarnai menggunakan media lilin maupun cat air. Selain itu, diiringi dengan semangat belajar, mereka mempraktekkan pelajaran dalam kelas Agama dengan baik. Ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya pribadi.
Saya juga sangat kagum pada salah satu anak yang memiliki kondisi yang spesial. Dia merupakan anak tunawicara, meskipun dia memiliki kekurangan, tetapi dia tetap semangat dalam menempuh pendidikan. Dia juga tetap berbaur dan bermain bersama teman-teman sebayanya. Ini membuat hati saya terenyuh, kita yang berada di kota dengan fasilitas lengkap dan badan yang sehat untuk belajar terkadang merasa malas. Sedangkan teman-teman kita di pelosok dengan segala kekuranganya tetap semangat dan pantang menyerah untuk terus mencari ilmu. Semangat mereka harus kita contoh agar kita juga bisa semakin berkembang dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang kita miliki.
Pemerintah dan kita sebagai warga negara Indonesia perlu untuk lebih memperhatikan nasib pendidikan, terutama di daerah pelosok. Indonesia tidak kekurangan anak-anak yang cerdas, hanya saja mereka tidak kita latih dan berikan pendidikan yang layak. Dengan pendidikan yang layak dan merata diseluruh Indonesia, niscaya negara kita dapat berkembang dengan baik karena memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Saya berharap pemerintah dapat lebih peduli pada anak-anak yang berada di daerah terpencil, karena mereka juga merupakan bagian dari NKRI dan pendidikan yang layak juga berhak mereka dapatkan. Dengan wewenang pemerintah dan kepedulian masyarakat, maka pendidikan di Indonesia bisa semakin baik dan maju.
Sesuai dengan slogan KUN “Dari Sudut Negeri Kita Menginspirasi”, saya berharap cerita dari pengalaman saya ini dapat menggugah hati kita bersama untuk lebih peduli pada teman-teman kita yang berada di pelosok agar pendidikan yang menjadi tonggak bangsa kita bisa semakin berkembang dan dapat terwujudnya Indonesia emas 2045 dengan kemajuan pendidikan. Sekian dari saya dan semoga kita dapat bertemu di lain kesempatan.
Refleksi ini ditulis oleh seorang mahasiswi kelahiran 10 Maret 2006 dengan nama lengkap Pauline Bokasela Sapa. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin jurusan Imu Keperawatan. Silakan cek akun IG saya, @pauline_sapa, untuk mengetahui lebih lanjut tentang saya.
Salam hangat,
Pauline.