Pendidikan yang merata dan berkualitas penting bagi
kemajuan suatu bangsa. Namun, kenyataannya masih banyak wilayah di Indonesia
yang belum mendapatkan fasilitas pendidikan memadai khususnya di daerah pelosok
seperti salah satunya SDI Mangempang (Sekolah jauh) yang ada di Dusun Datara,
Desa Mangempang, Kec. Bugaya, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan yang menjadi lokasi
pengabdian Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA) XXXV Komunitas Koin Untuk Negeri. Kali
ini yang ikut andil berkontribusi mewujudkan salah satu misi yang dicantumkan
dalam RENSTRA (Rencana strategis) tahun 2020-2024 yakni mewujudkan pendidikan
yang relevan dan berkualitas tinggi, merata dan berkelanjutan, didukung oleh
infrastruktur dan teknologi. Dimana dalam hal ini program SEJARA KUN membantu
meningkatkan akses serta kualitas pendidikan di pelosok dengan memberikan akses
ke sumber daya pendidikan berupa tenaga pengajar, membantu membangun pendidikan
karakter yang dibutuhkan melalui program 5 kelas yaitu Literasi, Agama,
Kreativitas, Alam, dan Inpirasi.
Berangkat dari pernyataan Dosen mata kuliah Psikologi sosial saya
mengatakan bahwa “Bagaimana mau mengetahui beragam jenis perilaku seseorang
jika terjun atau berbaur langsung di masyarakat saja jarang” membuat saya
berpikir “iya juga ya”, saya kan mahasiswa Psikologi yang mana memang fokus
utamanya bidang itu; salah satunya belajar tentang perilaku, tetapi kok jarang
berbaur atau bersosialisasi?. Kemudian, saya juga cukup tertarik pada isu-isu
pendidikan yang kebetulan setelah membaca latar belakang mengapa SEJARA Komunitas
Koin Untuk Negeri ini terbentuk ternyata atas dasar kepedulian terhadap kondisi
pendidikan adik-adik yang berada di daerah terpencil dan terpinggirkan membuat
hati saya tergerak untuk bergabung dengan harapan semoga saya bisa bermanfaat
positif di dalamnya. Akan tetapi, di balik kedua motivasi yang sudah saya
jelaskan, sebenarnya motif yang cukup mendukung keputusan akhir saya adalah
karena kegalauan saya kehilangan sahabat baik yang merupakan salah satu “rumah”
untuk saya bercerita yang tiba-tiba asing karena sebab satu lain hal sehingga
sebagai salah satu solusi agar tidak terus-menerus kecewa berkepanjangan
memikirkannya saya lampiaskan dengan mencari kesibukan positif dengan mencoba
daftar di komunitas ini.
Menjadi
seorang relawan mengajar tentunya bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, ada
banyak aspek yang mesti dipelajari dan disiapkan dengan matang utamanya menurut
pandangan saya adalah bagaimana kita belajar memahami, dan menyesuaikan cara
mengajar kita sesuai dengan kepribadian masing-masing anak yang tentunya metode
yang digunakan antara satu anak dengan anak lainnya berbeda-beda agar anak
lebih nyaman dan menikmati saat belajar. Maka dari itu saya sempat beberapa
kali belajar dari buku, internet, mengobservasi cara Dosen-dosen Psikologi saya
mengajar, serta diskusi mendalam dengan kakak saya yang memang berkecimpung di
dunia pendidikan sebagai seorang Guru tentang kekhawatiran saya bagaimana
semestinya belajar mengajar dengan baik itu karena tantangan terbesar saya
adalah kepribadian saya yang cenderung introvert membuat saya grogi
bagaimana nantinya beradaptasi menghadapi adik-adik ini yang mana karakter seumuran itu pada umumnya
adalah sangat aktif. Takutnya kepribadian saya yang cukup kaku seperti “kanebo kering” ini jika dihadapkan
pertama kali dengan orang dan lingkungan baru membuat adik-adik ini bosan diajar sama saya. Akan tetapi, kakak
saya menasehati untuk coba saja dulu, urusan bisa tidaknya itu urusan
belakangan yang terpenting adalah sudah berani mencoba, nah nanti sisa jadikan
bahan evaluasi diri untuk belajar lebih baik kedepannya. Menariknya adalah
semesta sepertinya memahami kekhawatiran-kekhawatiran saya karena pada saat
mengajar baik itu di kelas Literasi, Inspirasi, Agama, Kreativitas, dan Alam
saya justru dipertemukan dengan adik-adik yang kepribadiannya cukup hampir mirip dengan
saya sehingga saya tidak begitu kesulitan mengajar karena sudah cukup paham
bila dihadapkan dengan tipe anak dengan kepribadian ini saya harus menggunakan
metode pendekatan mengajar seperti apa, rasa-rasanya seperti mengajar diri
sendiri sih dan saya sangat menikmati proses belajar mengajar ini, ternyata
seru juga tidak semenakutkan yang saya pikirkan.
Selama
4 hari saya benar-benar sangat bersyukur dan satu kebanggan bisa berada di
tengah-tengah kakak-kakak relawan hebat yang tulus
meluangkan waktunya untuk mengajar adik-adik di SD mengempang ini. Salah satu
tujuan saya pun sebagai mahasiswa Psikologi untuk belajar berbagai perilaku
dapat tercapai, saya banyak mengobservasi perilaku-perilaku kakak-kakak
relawan, adik-adik SD mengempang, dan masyarakat lokal di sekitar selama
pengabdian. Mulai dari kepribadian paling kalem hingga paling bar-bar
saya temui di komunitas ini, tetapi justru karena kepribadian yang berbeda-beda
ini lah yang semakin membuat suasana pengabdian ini semakin menarik dan
berkesan. Lalu saya juga merasa sangat kagum dengan antusias semangat belajar
adik-adik di desa ini, meski dengan sarana dan prasarana sekolah yang masih
terbatas tidak menghalangi semangatnya untuk belajar menuntut ilmu, ditambah
saya sangat terkesan dengan salah satu adik di tempat pengabdian kali ini yaitu
Rahmat seorang anak istimewa yang semangat belajarnya sangat tinggi bila
dibandingkan dengan diri ini yang masih cukup sering mengeluh.
Kini
saya paham dan sepakat bahwa “Yang hilang
darimu akan kembali dalam bentuk lain” (Jalaluddin Rumi) benar adanya. Saya
kehilangan 1 orang baik dalam hidup saya, tetapi rencana-Nya justru menggantikan dan mempertemukan saya dengan banyak orang-orang
baik di lokasi pengabdian Komunitas Koin Untuk Negeri ini.
Terima
kasih Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN) telah memberi kesempatan saya berproses
di sini dan terima kasih kakak-kakak panitia, relawan lainnya, adik-adik, dan
warga Dusun Datara karena telah memberi warna baru di hidup saya
yang sebelumnya hanya hitam putih.
Saya belajar banyak hal dari pengalaman pertama saya sebagai relawan ini
utamanya memaknai arti dari rasa syukur, senang bisa mengenal kalian. Panjang
umur hal-hal baik!
“Tolong ingat! hidup hanya sekali jangan
sampai kamu menua tanpa arti. Ambil lah risiko, jika berhasil kamu akan bahagia
dan jika gagal kamu akan belajar”.