Pendidikan adalah kebutuhan untuk setiap manusia, karena pendidikan itu sendiri menyangkut kebutuhan akan masa depan yang lebih baik. Di Indonesia masalah pemerataan pendidikan masih menjadi salah satu masalah yang serius yang ada di Indonesia, terutama dari segi sarana belajar mengajar dan perekonomian beberapa warga di pedalaman yang kurang mampu serta kurang terekspose, menjadikan angka siswa putus sekolah seringkali melonjak di daerah pelosok negeri. Belum lagi dengan lokasi sekolah yang sulit diakses menjadi faktor “pelengkap”, kurangnya minat siswa di pedalaman untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Atas dasar permasalahan inilah yang mendorong kami, Tim Ekspedisi Komunitas Koin untuk Negeri, mencoba untuk menjelajahi pedalaman untuk kesekian kalinya, mencoba untuk menemukan sekolah-sekolah “tersembunyi” sembari membawa amanah berupa donasi perlengkapan sekolah, hasil sumbangan dari donatur dermawan kami pada setiap sesi agenda “Tunjuk Satu Koin” yang rutin kami adakan setiap bulannya.
Pada hari Sabtu, 14 Oktober 2023, Tim Ekspedisi Komunitas Koin untuk Negeri, melakukan perjalanan yang cukup panjang menuju Desa Bonto Somba, Kec. Tompobulu, Kab. Maros. Perjalanan kami kali ini diawaki oleh Kak Heru, Kak Rahim, Kak Key, Kak Ari, Kak Fahrul, dan saya sendiri, Kak Tom, menyusuri perjalanan sejauh hampir 60 Km menggunakan sepeda motor selama hampir 2 jam menuju lokasi sekolah. Adapun perjalanan kami ditemani pula oleh bapak Kepala Sekolah SD 246 Bonto Somba, yang sebelumnya telah kami kontak via telepon untuk membantu mendampingi menuju lokasi.
Perjalanan dimulai pada pukul 08.00 WITA, Tim berangkat dari kediaman masingmasing menuju ke lokasi kumpul yang telah ditentukan sebelumnya yaitu simpang tiga jalan dekat Markas Yon Zippur di daerah Kec. Moncongloe, Maros. Setelah tim berkumpul, kami melanjutkan perjalanan dan saat tiba di sebelum Desa Pucak, Kec. Tompobulu, kami bertemu dengan Pak Kepala Sekolah, yang kemudian mengantarkan kami hingga sampai di lokasi sekolah. Kontur jalan yang kami lewati cukup bervariatif yang mana diawal perjalanan, kami masih bisa “menikmati” jalan beton yang cukup bagus, namun menjelang 5 Km sebelum sampai di sekolah, kami harus menghadapi jalan tanah berdebu dengan medan pegunungan yang cukup menantang. Namun hal ini dibayarkan oleh panorama alam desa Bonto Somba yang asri menawan menyegarkan mata.
Tak terasa setelah perjalanan melewati jalan tanah nan berdebu selama 30 menit, kami tiba di lokasi tujuan akhir kami, SD 246 Bonto Somba. Setelah perkenalan singkat sembari meminta izin dari para guru untuk “mengambil alih” kelas sementara waktu, kami pun menuju ke ruang kelas yang ditentukan. Begitu masuk kedalam tampak siswa telah duduk rapi menanti, beberapa seperti memasang tatapan sedikit “menyelidik” kepada kami. Tim kami segera menyadari hal itu dan dengan sigap mulai mencairkan suasana seraya melakukan perkenalan dengan adik-adik siswa, plus beberapa ice breaking seru. Benar saja, tak perlu waktu lama bagi kami untuk bisa akrab dan mengajak seluruh siswa bermain sambil belajar bersama. Waktu berlalu begitu cepat hingga tak terasa kami telah membersamai adik-adik siswa selama lebih dari 1 jam. Di akhir sesi belajar mengajar, tim ekspedisi KUN membagikan donasi perlengkapan belajar berupa tas sekolah beserta alat tulis kepada seluruh siswa yang mengikuti kelas dan selanjutnya kami melakukan foto bersama siswa dan dewan guru.
Setelah itu, kami melanjutkan diskusi dengan pak kepala sekolah beserta beberapa guru perihal latar belakang sekolah dan hal-hal lain yang kami butuhkan untuk menjadi base data kami mengenai sekolah yang kami kunjungi. Sambil menikmati kopi dan teh hangat yang disuguhkan, pak kepala sekolah berbagi cerita tentang sejarah sekolah yang dibangun pada tahun 2000an tersebut. Selain itu, kami juga berbagi pandangan dan pengalaman mengenai kemajuan pendidikan khususnya di wilayah pedalaman kabupaten maros, sambil juga memperkenalkan komunitas Koin untuk Negeri serta scope dari komunitas kami yaitu memajukan pendidikan di pedalaman.
Momen diskusi selama hampir 1 jam itu penuh kehangatan, sehangat kopi dan teh yang disuguhkan kepada kami, namun harus diakhiri mengingat waktu sudah menunjukkan jam pulang sekolah. Setelah berpamitan, kami pun berangkat pulang kembali ke Kota Makassar. Di tengah perjalanan, kami menyempatkan diri untuk singgah di sungai pattiro, yaitu salah satu “Hidden Gem” yang ada di pedalaman Kabupaten Maros, untuk melepas lelah sambil menyegarkan diri dengan berenang ditemani oleh adik-adik yang merupakan warga lokal di desa yang tak jauh dari sungai tersebut, serta menjadi penutup dari perjalanan ekspedisi kami kali ini. Banyak hal-hal baru yang kami dapatkan, seperti sebuah perspektif dari guru-guru yang ditugaskan untuk “mengawal” tugas mulia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dari balik keterbatasannya di pedalaman, mengingatkan kita untuk selalu senantiasa bersyukur dan berbagi dengan segala kelebihan yang diberikan. Dan cerita ekspedisi kali ini akan selalu terkenang hingga jauh ke masa depan. Salam ekspeditor pelosok negeri, DARI SUDUT NEGERI, KITA MENGINSPIRASI.