BUNTU LUMU SURGA YANG TERSEMBUNYI
proses mengajar di luar kelas di Dusun Buntu Lumu, desa Batu Putih, Kec. Burau Kab. Luwu timur Prov. Sulawesi Selatan.
Namaku Indra Asmadi, KUN adalah komunitas yang membawaku sampai ditempat ini, SD Buntu Lumu tepatnya di Dusun Buntu Lumu, desa Batu Putih, Kec. Burau Kab. Luwu timur Prov. Sulawesi Selatan. Bukan pilihan muda untukku mengikuti kegiatan sekolah jejak nusantara (SEJARA) yang diadakan komunitas ini karena saya harus mengorbankan waktu dan tenaga serta meninggalkan pekerjaan dan rutinitas lainku dikota. Menyesal? Tentu tidak, ini adalah bagian dari mimpiku bertemu dengan anak-anak pelosok negeri untuk berbagi literasi.
Buntu Lumu, sebuah tempat yang minim mendapat sentuhan pembangunan, listrik terbatas, sinyal telpon sulit, bahkan jalanpun tidak beraspal. Meskipun demikian, pendidikan tetap harus menjadi prioritas bagi siapapun yang sudah masuk kedalamnya, meski harus merasakan kisah getir di setiap harinya.
Rasa cinta yang besar membawaku mengabdi
dipelosok negeri, ya.. Aku ingin memanfaatkan usia mudaku agar memiliki arti
Karena bagiku masa muda hanya sekali dan tua itu tak pasti. Mereka adalah
alasan saya tetap bertahan mengabdikan diri selama beberapa hari, yah... mereka
anak-anak pelosok negeri di Buntu Lumu, yang tak menyerah pada kondisi, mereka yang berjuang
untuk masa depan, mereka yang kesehariannya jauh berbeda dengan anak-anak
dikota, sungguh perjuangan yang sama sekali tidak dirasakan anak-anak
diperkotaan.
Selama pengabdian, ada banyak pelajaran yang
saya jumpai dari anak-anak pelosok ini, Siswa di Buntu Lumu itu tidak cukup berjuang pergi dan pulang sekolah yang setiap hari melewati jalan setapak yang kiri kananya jurang dan dikelilingi hutan yang lebat, tapi juga sekolah yang jauh dari kata layak, atap yang bocor, bangunan yang masih menggunakan kayu, bahkan kayu yang digunakan sebagian dimakan rayap.
Menggunakan alas kaki seadanya, bahkan kadang dengan kaki telanjang, kadang
juga bertemu dengan hewan buas yang tentunya setiap saat mengancam keselamatan
mereka. Belajar dengan fasilitas yang sangat tidak layak, sekolahnya yang
beralaskan tanah, ruangan dan guru yang terbatas yang mengharuskan mereka
belajar bergantian, kadang juga digabung dan atap yang tak sanggup lagi menahan
air hajan ketika hujan yang menyebabkan seluruh ruangan dan fasilitas lainnya
terendam. Tapi itu semua tidak menghalangi semangat mereka untuk tetap belajar.
Senyum dan semangat mereka yang membuat saya
meneteskan air mata tanpa sengaja. Di tengah keterbatasan, mereka masih bisa
tersenyum dengan ikhlas, di Buntu Lumu aku melihat sekeping surga yang tersembunyi yang jika kulihat terasa getar di hati dan rasa tenang yang tidak pernah terlupakan, Sungguh kebahagiaan ini sangat nyata.
Buntu Lumu, surga yang tersembunyi.
Se you next time....