SEBUAH JURNAL - PERJALANAN MELIHAT MUTIARA DI BELANTARA

EkspeditorKUN-Beberapa hal di sekitar kita kadang terlupakan bahkan terabaikan, seperti halnya keadaan Pendidikan di pelosok yang nyaris tidak dipandang dan diperhatikan. jarak yang jauh dan medan yang sulit di akses menjadi tantangan bagi siapa saja yang hendak memberikan uluran tangan bagi warga khususnya anak-anak disana, akan tetapi bukankah tantangan hadir untuk menguji sejauh mana kita dapat menjadi manusia yang utuh dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Pada tanggal 11 November 2022 Tim penyaluran donasi dari Komunitas Koin Untuk Negeri kembali melakukan tugas penyaluran di sebuah tempat terpencil tepatnya di SD 205 Inpres Mocongjai Kec.Cenrana, Kab. Maros, Tim yang berjumlah 4 orang yaitu Monn selaku kordinator penyaluran, Uccil, Arham dan juga Rahim sebagai anggota.

 Merupakan kali kedua Komunitas KUN melakukan penyaluran di kecamatan yang sama, tidak jauh dari tempat sebelumnya namun hanya berbeda lokasi tujuan. Dengan berbekal komunikasi dan kordinasi dengan beberapa pihak yang bersangkutan guna menyiapkan segala hal, Tim akhirnya memutuskan untuk berangkat pada Jumat malam menuju rumah yang akan digunakan sebagai persinggahan dan rencananya Tim akan melakukan perjalanan pada esok harinya. Pada sabtu pagi pukul 06.30 WITA Tim telah menyiapkan keperluan untuk kepentingan disana, sehabis sarapan dan berpamitan dengan pemilik rumah Tim segera menemui salah seorang guru disana yang telah menyetujui untuk mendampingi kami menuju lokasi, yah..beliau biasa disapa Pak Awal salah seorang guru yang cukup lama mengabdi disana, beliau mengajak salah seorang kawan guru lainnya yakni Pak Gafur untuk menemani kami di perjalanan kali ini.

Awalnya kami mengira akan menempuh jarak 7 Km itu dengan berjalan kaki namun setelah disarankan kami akhirnya mengiyakan untuk mengendarai motor dengan bermodalkan meminjam motor salah seorang guru disana, akhirnya motor genap untuk kami kendarai, pada pukul 07.40 WITA Tim berjumlah 6 orang menuju lokasi. hal yang kami tidak pernah duga adalah medan yang kami kira akan ditempuh 1 jam saja dengan jalan kaki ternyata salah besar, dengan jarak tempuh 7 Km kontur medan yang bervariasi membuat kami kewalahan ditengah perjalanan, ditambah kondisi saat itu sehabis diguyur hujan menambah sulitnya akses jalan, membuat jarak tempuh jika berjalan kaki bisa sampai 3 jam.

Kami tiba dilokasi pukul 08.32 WITA sesampainya dilokasi kami lansung berbaur dengan warga dan anak-anak sekaligus mengecek bangunan sekolah yang telah berdiri sejak 2015 silam, beberapa anak-anak disana seketika menghampiri kami untuk berkenalan lalu kami arahkan untuk masuk ke kelas untuk segera melakukan pembagian bantuan donasi. Jumlah siswa keseluruhan yaitu 14 orang, namun yang kami dapat temui hanya 5 orang saja, maklum saja kata Pak awal biasanya jika hari sabtu kebanyakan siswa turun desa membantu orang tuanya berjualan sehingga pada hari itu kami hanya dipertemukan oleh beberapa siswa saja. Satu hal yang membuat kami tercengang adalah ternyata kebanyakan siswa jarak tempuh dari rumah ke sekolah sekitar 6 Km, hampir sama arak tempuh kami dari jalan utama ke lokasi tujuan. Lebih parahnya lagi medan yang dilalui anak-anak Ketika menuju sekolah adalah hutan belantara yang hanya di pisahkan oleh jalan setapak dengan kontur yang bisa dibilang berbahaya bila sewaktu-waktu hujan deras tiba, selain itu bisa saja mereka dipertemukan oleh binatang liar yang bisa saja lalu lalang seperti ular dan lainnya.

Mendengar hal itu kami pun memutuskan untuk mengecek lansung apa yang kami dengar itu dan ternyata memang benar, kebanyakan siswa yang bersekolah di SD itu berada di desa sebelah tepat dibawah kaki Gn. Bulusaraung yang masih Kawasan taman nasional. Kami begitu tertampar mendengar dan melihat keadaan disana yang serba terbatas, bayangkan saja jika malam tiba warga disini hanya menggunakan lentera sebagai alat penerang dikarenakan belum adanya listrik. Betapa kurang bersyukurnya kami yang serba berkecukupan, dibanding mereka yang ada disini, sehabis melaksanakan tugas kami pun segera pulang dikarenakan kami khwatir bila hujan tiba akses jalan yang begitu sulit ditambah trek yang menurun membuat tenaga yang dikeluarkan harus ekstra.

Kami tiba di rumah Pak Awal pada pukul 13.30 WITA begitu banyak drama terjadi Ketika kami dijalan pulang, harus berjalan kaki sejauh 3 Km ditambah motor yang dikendarai Pak Awal mogok sehingga mengharuskan kami bergantian mendorong untuk sampai dibawah. sehabis makan siang dan istirahat sejenak dirumah Pak Awal kami berpamitan pulang menuju Makassar. Perjalanan yang singkat dengan segudang kisah, pembelajaran dan pengalaman hidup yang kami bisa dapatkan, satu hal yang kami petik dalam perjalanan ini ialah tiada Batasan bagi siapapun yang punya kemauan untuk belajar, tiada perjuangan tanpa pengorbanan untuk bisa tetap berdiri diatas. begitulah sepenggal kisah perjalanan kali ini menemukan Mutiara di belantara dengan semangat juang belajar yang begitu tinggi.

Melaporkan dari PELOSOK NEGERI, DARI SUDUT NEGERI KITA MENGINSPIRASI

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama