Kak Mochammad Rafly Ramadhan - SITOU TIMOU TUMOU TOU


Hai, saya Mochammad Rafly Ramadhan kalau itu kepanjangan teman-teman bisa sapa saya “Raff“ saja, saat ini saya sedang berkerja menghidupi diri sendiri agar tetap mampu untuk bertahan menapaki bumi. Kali ini saya kembali mengikuti program SEJARA (Sekolah Jejak Nusantara) Ang. XXIX yang mana dahulu saya sudah pernah mengikuti proses open rekruitment angkatan XXVIII, namun karena ada halangan yang mengharuskan saya batal untuk mengabdi ke pelosok waktu itu.

“Manusia Hidup Untuk Memanusiakan Manusia Lain” itulah arti dari judul artikel yang saat ini saya angkat sebagai bahan refleksi. Gagasan dari seorang tokoh pahlawan nasional yang telah mengakar kuat bagi masyarakat Sulawesi Utara khususnya Kota Manado. Saya juga teringat nasihat guru saya saat sekolah dahulu mengenai arti dari seorang relawan, katanya seperti ini, relawan adalah seseorang yang memiliki hati yang tulus, berangkat dari kata “rela” ia ikhlas sepenuh hati untuk apapun yang ia beri dan tidak mengharap imbalan atau balasan sama sekali, yah kurang lebih seperti itu tutur beliau.

Hidup bersosial dan bermasyarakat memberikan bantuan dan perhatian terhadap sesama adalah maksud dari pujangga yang berlabel pahlawan nasional ini. Namanya adalah Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau yang lebih dikenali sebagai Sam Ratulangi. Tapi kali ini saya tidak mau bercerita tentang beliau, melainkan tentang pengalaman saya ketika menjadi relawan di Dusun Makmur.

Tercatat mulai hari pertama kepergian saya bersama rekan-rekan relawan yang lain 4 hari lamanya hingga saat berada di lokasi. Kami menempuh perjalanan yang dimulai dari Kota Makassar ke Dusun Makmur Desa Bonto Manurung, Kec. Tompobulu, Kab. Maros itu, membutuhkan estimasi waktu kurang lebih 2 jam perjalanan darat, cukup dan lumayan jauh dari kebisingan kota.

Dusun Makmur, teramat sangat indah. Anak-anak yang memiliki kemauan dan semangat untuk belajar menjadi pelengkap dusun ini harus kudatangi kembali suatu saat nanti (semoga masih diberi kesempatan). Mentari bergerak laksana keong semenjak aku di sini, hari-hari kurasa lamban untuk berganti di kala siangnya, perguliran sang mentari dan rembulan untuk bertukar peran membuat hari-hariku di sini seperti memiliki repetisi yang menyenangkan untuk kusambut ke esokan harinya.

Hal yang baru untuk saya sendiri, ketika di sini saya jadi lebih banyak berbagi dengan menebar edukasi, lebih banyak menginspirasi dengan menebar aspirasi, lebih banyak berbagi senyuman dengan menebar kebahagiaan, lebih banyak belajar dengan mempelajari. Mengajari anak-anak tantangan terbesarnya adalah harus menjadi anak-anak itu sendiri. Karena terkadang anak-anak lebih menyukai bermain sambil belajar, kita harus pandai memasuki dunia mereka untuk kemudian kita mengambil peran di sana.

Menurutku SEJARA akan terus berkesan di hati orang-orang yang ingin membangun mimpi bersama-sama, seperti manusia-manusia langit; mereka peduli dengan apa yang sebagian orang tidak terlalu pedulikan di hari ini selain diri mereka sendiri, mereka menganggap langkah kecil hari ini akan melahirkan langkah besar suatu saat nanti, dan itu akan mereka rasakan dampaknya bersama-sama.

Anak-anak di pelosok bak benih yang di sirami mimpi-mimpi juga harapan yang akan dipetik suatu saat nanti, terlepas dari pahit atau manisnya buah tersebut, menjadi bagian dari SEJARA adalah keputusan yang sangat mulia, tidak perlu menunggu kaya, cukup menjadi dermawan, tidak perlu menjadi rupawan, cukup ikhlas menjadi relawan, meski kita miskin atau mungkin anak yatim, meski kadang kita tidak dipandang oleh penduduk bentala, namun mungkin saja nama kita dipuji oleh penduduk cakrawala. SEJARA akan terus melahirkan manusia-manusia langit; raga mereka berpijak di bumi namun mimpinya meliputi ruang-ruang semesta hari ini, hingga nanti."

Saya belum mampu banyak berkata untuk pengalaman pertama ini, namun pesanku untuk diri sendiri dan mungkin rekan-rekan relawan yang diberangkatkan juga bisa memetik, bahwa kita masih memiliki PR yang sangat banyak untuk kita tuntaskan di kemudian hari, langkah kaki kita harus memiliki arti ketika mulai menapaki tanah merahnya Dusun Makmur ini. Terima kasih Koin Untuk Negeri telah menjadi wadah relawan-relawan penebar aspirasi untuk anak-anak ibu pertiwi.


Best regards, Raf.        
#DariSudutNegeriKitaMenginspirasi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama