Pendidikan tidak dapat lepas dari aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya, menganggap pendidikan sebagai sesuatu yang berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan aspek sosial yang melingkupinya akan berakibat pada keterasingan pendidikan dalam realitas dunia nyata. Pendidikan yang merupakan salah satu sistem sosial, pada akhirnya juga mengalami dampak arus globalisasi. Beberapa dampak itu salah satunya terjadinya perubahan logika pendidikan. Sekolah yang semula merupakan pelayanan publik, bergeser menuju privatisasi pendidikan yang berujung komersialisasi. Sebagai investasi jangka panjang dalam pembangunan, pendidikan harus menghindarkan dampak negatif yang ditimbulkan laju arus globalisasi. Yakni dengan menawarkan reparadigmatisasi pendidikan sebagai upaya preventif, dan harus menjadi tanggung jawab semua komponen anak bangsa di negeri ini. Hal tersebut dapat ditempuh dengan cara; Pertama, demokratisasi dan desentralisasi pendidikan yang mengarah pada pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan pemerintah daerah (otonomi daerah). Kedua, konsep kesetaraan dan keseimbangan. Artinya antara satuan pendidikan yang dikelola pemerintah dan yang dikelola masyarakat harus mempunyai hak sama dari pemerintah. Ketiga, peningkatan kesejahteraan dan kualitas pengajar atau guru. Keempat, meningkatkan komitmen pemerintah untuk tetap ambil bagian penting dalam dunia pendidikan apalagi pendidikan di daerah terpencil dengan kekurangan sarana dan prasarana. Menanggapi beberapa problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia khususnya masalah-masalah yang terjadi di daerah terpencil/pelosok kita perlu sadari bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat.
Saya sendiri sebagai seseorang yang memiliki background pendidikan yang notabennya suatu kewajiban untuk berkecimpung dalam sebuah kegiatan-kegiatan peduli pendidikan salah satunya dalam kegiatan SEJARA yang dilaksanakan oleh komunitas koin untuk negeri. Tujuan saya berkecimpung dalam komunitas ini karena menyadari bahwa saya adalah orang yang memiliki background pendidikan yang mencoba membagikan ilmu yang bisa saya berikan kepada adik-adik di pelosok
Menjelajahi daerah pelosok selalu memberikan dua kesan yang bertentangan pada diri siapapun yang pergi untuk melihatnya. Pertama, kesan bahwa betapa indahnya negeri ini dengan segala kekayaan alam dan budaya masyarakatnya. Kedua, kita menyadari, ternyata bangsa ini memiliki masalah yang cukup serius dari segi pemerataan pembangunan khususnya pendidikan. Indonesia memiliki daerah pegunungan tinggi sejuk dan hijau hingga pantai biru yang membentang di sepanjang pulau. Di sisi lain, akses jalan lumpur yang terjal hingga terbatasnya listrik dan internet juga masih banyak ditemui di penjuru Indonesia. Tentu bukan rahasia umum jika pemerataan fasilitas dan tenaga pendidik bangsa kita tidak terlalu baik. Di perkotaan, guru-guru bersaing mencari pekerjaan sebagai pengajar, sedangkan di daerah pelosok, sekolah kelimpungan mencari guru. Sayangnya, tidak semua orang mau mengajar di daerah pelosok, meski terkadang memang memiliki keindahan alam, keterbatasan dari fasilitas yang jauh dengan perkotaan menjadi pertimbangan.
Pada pemberangkatan angkatan 24 komunitas koin untuk negeri kali ini kami mengunjungi MI GUPPI Mammeso yang terletak di Dusun Bontotangnga, Desa Bissoloro, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa. Perjalanan dimulai dari BTN pao-pao, Kemudian waktu sudah menghampiri shalat ashar dan kami telah sampai dirumah kepala desa bissoloro, tidak lama setelah kami sampai hujan deras pun mengguyur dan ibu kepala desa mempersilahkan kami masuk ke dalam rumah untuk berteduh, pada saat itu hujan pun semakin deras dan kami memutuskan untuk makan bekal yang telah kami siapkan untuk mengisi energi sebelum berjalan kaki, setelah makan pun hujan belum juga redah tapi kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menggunakan mantel yang telah kami siapkan masing-masing.
Selanjutnya kami mulai berjalan kaki dari rumah kepala desa di tengah perjalanan hujan pun redah, dan saya memutuskan untuk membuka mantel karena terasa sangat panas, disepanjang perjalanan saya menikmati kabut yang turun selepas hujan tapi kabut yang turun tersebut tidak menghilangkan penatnya berjalan kaki, setelah adzan maghrib pun kami sampai ditujuan, pada pemberangkatan kali ini kami diberikan izin untuk menempati salah satu rumah warga yang kebetulan sebagai tenaga pendidik dari sekolah tersebutdan bersampingan dengan sekolah tempat kami mengajar nantinya, kemudian makan malam sudah siap dan kami pun makan malam bersama lalu setelah makan kami briefing untuk kegiatan yang akan dilakukan esok harinya kemudian esok harinya kami mulai mengajar anak-anak sesuai dengan kelas yang telah direncanakan , kami melakukann pembelajaran pada hari jumat dan sabtu, dan kelas yang kami laksanakan membebaskan pembelajaran dilakukan di outdoor ataupun indoor. Dua hari belajar dan bercengkrama di Mammeso merupakan saat-saat yang sangat menyenangkan.. Kesempatan mengajar di pelosok adalah pengalaman yang tidak bisa dilupakan dengan banyaknya beraneka ragam metode pembelajaran yang dilaksanakan dan sikap menghadapi adik-adik siswa yang kadang memang perlu kesabaran menghadapinya. Semoga dengan pengalaman ini bisa dijadikan sebuah pengalaman yang berarti untuk diri sendiri untuk lebih peduli terhadap problemarika pendidikan di pelosok.