Dari Arah Bara Senyum Itu Datang Oleh Kakak Kartini Azis


Rangkaian kata indah yang timbul dari hati dengan penuh syukur kepada Allah atas segala nikmat dan kekuatan kaki sehingga saya di beri kesempatan berupa nikmat perjumpaan kepada keindahan senyum anak-anak dan masyarakat yang ada di BARA. 

Perjalanan saya kesana membuat hati saya gemetar dan nyali saya ciut ketika saya tahu bahwa perjalanan ke sana bukanlah perjalanan yang mudah di gapai¸semudah mengedipkan sebelah mata seperti yang biasa di lakukan oleh sebagian pria lale lakukan. 

Saat saya mulai mendaki saya berfikir, saya akan setengah mati untuk sampai disana, tempat senyum terindah itu berada. Namun nyatanya alhamdulillah kendala yang saya dapat hanya berupa capek dan kekurangan air minum. Saya berangkat dari tempat penitipan motor sekitar jam 4 sore dan sampai di dusun Bara Kabupaten Maros jam 8 malam lewat sedikit. 

Sesampai di Rumah kami langsung istirahat tanpa ganti baju, saya tidak merasa jijik tidak ganti baju karena baju yang saya pake untuk mendaki baju saya sendiri, jadi saya tidak merasa jijik terhadap keringat saya sendiri. Setelah istirahat kami langsung breafing tentang kegiatan yang akan di lakukan untuk ke esokan harinya. Oh iya, saya lupa. 

Di dusun Bara tidak ada listrik jadi saya harus menghemat daya HP saya untuk senter jika masuk WC. HP yang di bawa untuk menangkap gambar dalam setiap moment terpaksa harus di mode pesawatkan untuk menghemat daya, seperti kata salah seorang tokoh yang mengatakan hemat daya pangkal tidak cepat lowbet. 

Keesokan harinya kami di bangunkan untuk sholat shubuh sekitar jam setengah 5. Saya langsung membersihkan diri, sholat dan bersiap-siap untuk kegiatan selanjutnya. Kami sarapan dulu sebelum berangkat ke sekolah yang jarak lumayan menguras keringat dengan tanjakan dan turunan yang seakan mempermainkan perjalanan saya. 

Hal yang paling berkesan di komunitas ini adalah bahwa senior atau relawan yang lebih dulu punya pengalaman dari pada saya selalu bisa berbaur dengan kami. Tanpa membedakan, mereka rela cuci piring dan memasak bersama relawan baru. 

Hal yang patut di banggakan di di teladani oleh sebuah komunitas atau-pun organisasi-organisasi yang berada dan bersemedi di berbagai polosok nusantara. Kami berangkat ke sekolah jam 8, sesampai di sekolah. Hati saya seakan di kuliti, rasanya sakit melihat pendidikan dari pelosok yang masih bagian dari Indonesia sangat kekurangan dalam hal fasilitas. 

Ada beberapa siswa saat menuju ke sekolah membutuhkan waktu satu jam demi untuk mengenyam sebuah pendidikan dan dengan tidak di dukungnya sarana yang memadai. Namun, senyum mereka tidak pernah mempengaruhi keadaan mereka, senyum itu tertanam dan berakar kuat di hati saya pribadi. Senyum yang lebih indah dari surga duniawi. 

Walaupun mereka anak-anak pelosok yang kekurangan pendidikan namun semangat mereka selalu terpancar dari matanya. Mereka adalah ana-anak yang cerdas dari dusun Bara, mereka adalah anak-anak yang menghargai pendidikan, menghargai orang tua, dan mereka adalah anak terdidik baik oleh orang tua mereka tentang sopan santun. 

Semangatnya untuk mendapatkan pendidikan lebih, dan cita-citanya yang melebihi tingginya langit merupakan semangat saya untuk menjadi relawan. 

Beruntunglah kita yang masih bisa merasakan nikmatnya pendidikan dengan fasilitas yang sudah lengkap, berbahagialah kalian yang sadar bahwa pendidikan bukan untuk pamer kecerdasan dan bukan untuk menimbung harta, namun pendidikan ialah bagaimana kita memanusiakan manusia secara manusiawi. 

Sekian…..

Kartini Azis
Relawan Sekolah Jejak Nusantara

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama