Kakak Fidyah |
Tawa dan canda kuselipkan dalam
setiap langkah
Hentakan-hentakan langkah yang
kupertegas menandakan semangat pagi
Berbekal nasi dan lauknya hanya
gerupuk serta restu orang tua
Secercah harapan dan sarapan pagi
makin mempermantap langkah menuju istana pengetahuanku
Walaupun Istana yang beralaskan
tanah dan dinding kayu
Itu lebih elok dari pada sengatan
matahari dan dinginnya rinai hujan
Seragam yang kian usang dan sandal
penuh lumpur ikut menjadi saksi bisu
memperjuangkan mimpi dan harapan
orang tua
Di istana itu telah menanti seorang
Ratu yang cantik dan bijaksana
Memberikanku buku usang hadiah dari
konglomerat
Kubuka dan kubaca dengan
terbata-bata sambil mengeja buku usang itu
Buku usang yang telah lapuk di
gerogoti rayap bagian depannya
Tapi tidak dengan bait-bait
tulisannya
Tetap utuh dan terjaga, hingga aku
mampu mengejanya dan memahaminya