Ketimpangan pendidikan di pelosok dan di kota terjadi karna beberapa faktor, salah satunya fasilitas/fasilitator, dan cara berpikir dari masyarakat di komunitas itu sendiri.
Di kota manusia di 'paksa' untuk
berpikir dengan sangat cepat, dinamis dan tidak boleh berhenti di satu
pemikiran karena
masa depan sangat kejam kepada siapa saja yang tidak berpendidikan tentu itu
semua di dukung dengan fasilitas/fasilitator yang memadai, sedangkan di pelosok
masyarakat tidak memaksakan untuk menjadi seorang yang berpendidikan karna
dalam sebagian besar mereka berpikir bahwa"untuk apa sekolah toh menteri sudah ada, presiden
sudah ada, guru sudah banyak bahkan honorer banyak yang tergeletak" di
tambah jarak tempuh dan fasilitas tidak memadai.
Olehnya itu agar terjadi
perubahan pola pikir pada masyarakat pedalaman/pelosok diperlukan sumber daya
manusia yang peduli dengan memfasilitasi dan menjadi motivator untuk perubahan
masyarakat pelosok itu sendiri.
Calon Relawan Sekolah Jejak Nusantara
, UIN Alauddin Makassar