Penyebab utamanya adalah fasilitas tempat dan pengajarnya, banyak anak-anak yang memiliki semangat untuk sekolah namun fasilitasnya tidak memadai, kurangnya perhatian juga dari pemerintah mengenai sekolah yang disediakan dan pengajarnya.
Bahkan pengajar yang tersedia tak lebih
dari 3 orang, itu pun mereka harus membagi waktunya untuk beberapa kelas yang
tersedia disana, mereka juga rela tak mendapat upah untuk waktu yang digunakan
mengajar murid-muridnya. Bahwasannya murid-murid di pelosok itu memiliki
semangat yang lebih tinggi meskipun tidak memiliki pengajar tetap, mereka bisa
belajar mandiri selagi menunggu pengajarnya datang.
Anak-anak di pelosok yang masih sangat
polos karena mereka belum bisa menikmati era modern saat ini. Sebaiknya
pemerintah juga ikut andil dalam masalah pendidikan yang terjadi di
pelosok-pelosok, pengajar-pengajar yang masih muda atau yang baru lulus kuliah,
diberi kesempatan untuk menjadi relawan supaya mereka tau bagaimana perjuangan
anak-anak dipelosok untuk mengenyam pendidikan, ada yang rela jalan jauh
melewati hutan, menyebrangi sungai, melewati jembatan yang rusak, tapi mereka
tidak pernah mengeluh karena mereka juga ingin merasakan yang namanya
pendidikan dan sekolah di tempat yang layak serta mendapatkan ilmu dari
pengajar yang beragam.
Pengajar muda juga harus mau untuk
mengabdi sebagaimana menjadi seorang guru itu sangat dibutuhkan oleh semua
orang. Tidak melulu soal materi tapi harus menjadi seseorang yang bermanfaat
bagi orang lain.
Calon Relawan Sekolah Jejak Nusantara, STKIP
PGRI Tulungagung.