Mendapatkan pendidikan merupakan hak
setiap warga negara yang dijamin dalam konstitusi, artinya secara
konstitusional pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah. Tetapi secara
moral, pendidikan adalah tanggung jawab bersama, ikut dan turut berpartisipasi
dalam membangun pendidikan yang lebih baik adalah tugas bersama.
Penyebab utama ketimpangan pendidikan
yang terjadi di pelosok dan di perkotaan adalah akses masyarakat terhadap
fasilitas pendidikan yang belum memadai, pola pikir masyarakat yang masih tertutup dan menggangap
pendidikan sebagai sesuatu yang tak begitu penting, serta pembagian tenaga
pengajar yang belum merata, belum lagi dengan kasus korupsi yang berkaitan
dengan anggaran pendidikan, dimana semakin ke pelosok semakin sedikit dana yang
tertinggal, dan semakin ke pelosok lagi maka habislah dana tak terlihat.
Pendidikan adalah sebuah masalah yang
kompleks, terpenuhinya fasilitas saja tidak menjamin seseorang akan baik dalam
pendidikan, tetapi menjamin pendidikan itu lebih baik dengan terpenuhinya
fasilitas.
Pemikiran yang terbuka saja, tidak
menjamin seseorang akan baik dalam pendidikan jika tanpa fasilitas yang
memadai, pembagian tenaga pengajar yang merata pun belum tentu mampu menjadikan
pendidikan lebih baik jika pendidikan hanya sebatas memberikan pelajaran tanpa
perubahan pola perilaku dan pendidikan karakter. Solusi satu-satunya adalah
pemerataan pendidikan. Tetapi meningkat
masalah pendidikan yang
kompleks, meyelesaikannya pun butuh solusi yang kompleks.
Saya tidak bisa menyebut ini sebagai
sebuah solusi yang mudah, tetapi saya ingin memulai dari bagian paling bawah,
yaitu diri saya sendiri. Apa yang sudah saya buat untuk pendidikan di sekitar
saya, untuk berani mengorek kebijakan pemerintah.
Seberapa saya mampu memberikan ilmu
untuk orang-orang di sekitar saya untuk saya mampu unjuk muka dan berbicara.
“Ini saya, ini yang pernah saya lakukan, ini yang ingin saya lakukan dan akan
saya lakukan kedepannya, bersediakah anda bergabung dengan saya untuk
mewujudkannya. Saya tidak bisa sendiri, saya pikir, bersama akan lebih mudah
dan lebih baik”.
Saya pikir ingin memulai dengan ini
dulu, ingin lebih tahu sebenarnya, sejatinya, dibalik kaca mata saya sebagai
orang yang Alhamdulillah dengan kerja keras orang tua saya mampu menyelesaikan
pendidikan sampai ke perguruan tinggi ini, jika saya berada di tengah-tengah
mereka, selain dari keterbatasaan fasilitas dan lain-lain, apa sebenarnya yang
membuat kita beda, apa sebenarnya masalah yang mereka alami, apa yang bisa saya
beri, dari diri saya untuk mereka, bukan dari orang lain lewat saya untuk
mereka, tetapi dari diri saya sendiri. Dan untuk itu saya berharap bisa
diberikan kesempatan untuk berbagi bersama Koin Untuk Indonesia.
Calon Relawan Sekolah Jejak Nusantara
, Alumni STIK Tamalatea
Makassar.