Hallo pejuang
pendidikan pelosok negeri! Perkenalkan nama saya Rafly Anggiat Mahasiswa dari
Universitas Sahid Jakarta tepatnya dari Fakultas Ekonomi jurusan manajemen
pariwisata angkatan 2014. Saya anak kedua dari dua bersaudara yang bertempat
tinggal di Duren Sawit, Jakarta Timur. Rutinitas saya di jakarta ini, tengah
melanjutkan studi di USAHID sampai saat ini semester 8. Selain aktifitas
akedemik yang saya lakukan dikampus, saya mengikuti kegiatan non akademik
dengan bergabung menjadi Test Event Volunteer Asian Games 2018 di Jakarta pada
Februari 2018. Kegiatan yang saya senangi yaitu Travelling ke tempat – tempat
yang jauh dari perkotaan, ke gunung atapun menikmati laut dan juga bermain
games. Hobi saya yaitu bermain sepak bola & Futsal.
Hidup di perkotaan
memang nyaman & menyenangkan, tidur beralaskan busa empuk, makanan apapun
serba ada, teknologi dan pendidikan mudah digapai. Sangkin nyaman nya saya
sadar bahwa Indonesia itu luas, luas sekali. Timbul pertanyaan-pertanyaan
dibenak saya. Apakah kenyamanan ini bisa dirasakan oleh semua warga Indonesia?
Apakah teknologi dan pendidikan bisa mudah digapai oleh adik-adik kita di
pelosok negeri?
Dengan kegelisahan pertanyaan pertanyaan ini
saya mencari bagaimana saya bisa menjawab kegelisahan ini. Saya mendapatkan
info dari sosial media bahwa Komunitas Koin Untuk Negeri mengadakan Open
Volunteer untuk Relawan SEJARA (Sekolah Jejak Nusantara) angkatan X yang
bertolak ke Dusun Tanete Bulu Desa Bonto Manurung Kecamatan Tompobulu Kabupaten
Maros, Sulawesi Selatan. Sebuah kegiatan pendidikan dan sosial bertujuan untuk
mengabdi, berdonasi dan menginspirasi untuk adik-adik kita yang berada didaerah
tersebut. Tanpa panjang lebar saya masukan data dan jawaban yang disediakan
oleh panitia.
Pada awal nya
saya kira Komunitas ini berada di Jakarta dan akan bertolak mengabdi ke
Sulawesi Selatan dan setelah saya menggali info lebih dalam ternyata saya salah
besar Komunitas ini berada di Sulawesi Selatan, setelah menunggu beberapa hari
akhirnya pengumuman Relawan angkatan X dirilis dan Alhamdulillah saya terpilih,
setelah terpilih pada proses nya relawan wajib mengikuti Meet Up 1,2 dan 3
sebelum pemberangkatan, tentunya saya tidak bisa terlalu lama meninggalkan
kegiatan di Jakarta bila terbang ke Sulawesi Selatan, dengan berkomunikasi ke
panitia saya menjelaskan bahwa saya berada di luar pulau Sulawesi dan apakah
ada kebijakan lain dan ternyata panitia mengizinkan bahwa relawan dari luar
pulau Sulawesi bisa tidak mengikuti Meet Up 1,2, dan 3 tetapi harus sudah
berada di Sulawesi Selatan H-1 pemberangkatan. Dengan kebijakan tersebut saya
minta izin ke orang tua dan alhamdulillah diizinkan karena mereka tahu bahwa
saya berangkat untuk tujuan baik untuk bertemu adik-adik di pelosok sulawesi
selatan.
Rabu, 28 Maret
2018. Saya bertolak ke Makassar Sulawesi
Selatan dan Alhamdulillah kakak-kakak panitia Komunitas KUN menjemput saya dan
bersama sama kita ke Basecamp Komunitas KUN.
Kamis, 29 Maret
2018. Pada keberangkatan ke-2 ke Dusun
Tanete Bulu Desa Bonto Manurung Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros, Sulawesi
Selatan ini. Kami dari relawan angkatan X Sekolah Jejak Nusantara melakukan
perjalanan, disana rencananya kami akan melakukan pengabdian mengajar kepada
adik – adik di Dusun Tanete Bulu. Perjalanan kami diawali dengan, pelepasan
bersama di basecamp KUN yang dilanjutkan dengan mengendarai motor menuju Desa
Bonto Manurung ke rumah salah seorang Relawan lama untuk menitipkan motor
selama pengabdian berlangsung.
Pada pukul 15.00 perjalanan kami lanjutkan dengan
berjalan kaki dengan jalur perbukitan dan melewati sungai selama kurang lebih 5
jam, kegiatan ini tentu saja menguras tenaga kami, dipertengahan jalan kita
beristirahat di Sekolah kolong dan kembali melanjutkan menuju dusun Tanete bulu
dan kita sampai rumah kepala dusun dimana kita menetap selama kegiatan
berlangsung, kurang lebih pada pukul 20.00 malam kita sampai dan dilanjutkan
bersih-bersih, makan, briefing dan istirahat.
Jumat, 30 Maret
2018. Pagi hari, hari pertama kami berada di
Dusun Tanete Bulu dilanjutkan dengan kegiatan senam bersama, santap makan pagi
dan saya melanjutkan kegiatan mencari bambu untuk Kelas Kreativitas.
Selanjutnya pada siang hari para pria melaksanakan sholat jumat dan setelah itu
santap makan siang. Pada pukul 14.00 kegiatan pengabdian dimulai dimana
penantian selama ini yang saya cari dimulai, hal ini pertama kali dalam hidup
saya mengajar walaupun hal hal dasar yang diajarkan tetapi saya sangat excited, dengan dilaksanakan nya Kelas
Kreativitas dan Kelas Agama. Kelas kreativitas kita mengajarkan kepada
adik-adik sekolah dasar dari kelass 1-5 untuk membuat celengan, layang-layang,
dan uler-uler. Selanjutnya kelas agama kita mengajarkan bagaimana membaca huruf
hijaiyah secara tepat dan benar dan diselingi dengan games-games yang menarik.
Pada malam hari kegiatan selanjutnya adalah santap makan malam, evaluasi &
briefing dan istirahat.
Sabtu, 31 Maret
2018. Pada pagi hari kita kembali
melaksanakan senam bersama, dilanjutkan dengan makan pagi, setelah itu sebagian
kakak-kakak relawan lama melaksanakan mengajar kegiatan formal disekolah. Pada
pukul 14.00 kita kembali melaksanakan mengajar dengan diadakan nya Kelas Alam
dan Kelas literasi & inspirasi dimana kelas alam mengajarkan membuat pupuk di
dalam botol air mineral, membuat obat sakit perut dari daun jambu. Selanjutnya
mengaajarkan bagaimana membersihkan tangan & kuku adik-adik melalui sebuah
alunan lagu dan ada sedikit games. Setelah kelas alam selesai dilanjutkan
dengan kelas literasi & inspirasi dimana pada kelas ini bagaimana adik-adik
memiliki mimpi, ada yang bermimpi menjadi polisi, tni, guru, dokter. Dari
sinilah kita mengajarkan dan memberitahu bahwa untuk mencapai cita-cita
tersebut adik-adik harus disiplin dsb, dan adik-adik juga memiliki pandangan
misalkan saya mengajarkan adik-adik memiliki mimpi menjadi TNI ada sosok bapak
Soekarno yang menjadi contoh. Selanjutnya diisi dengan kegiatan games dan
berfoto-foto. Pada malam hari diisi dengan kegiatan makan malam, evaluasi &
curhat-curhat dan istirahat.
Dan yang paling
menarik isi dari curhat-curhat ini semua kakak-kakak relawan mengungkapkan
semua yang ada di benak nya mulai dari positif maupun negatif.
Minggu, 01 April
2018. Pada pagi hari kita bersiap untuk
packing, dan dilanjutkan dengan santap pagi, briefing pulang, dan bersih-bersih
dirumah kepala dusun dan sekitar lingkungan rumah kepala dusun. Kemudian,
kegiatan paling terberat yaitu harus dilakukan yaitu berpamitan dengan warga
dusun Tanete Bulu dan kakak-kakak relawan Komunitas Koin Untuk Negeri.
Selanjutnya pada pukul 12.00 kami harus melakukan perjalanan kembali ke Desa
Bonto Manurung dan pada pukul 17.00 kita tiba. Selanjutnya pada pukul 18.30
kita harus kembali ke makassar.
Pada pukul 21.30
kita tiba di Base camp Komunitas KUN, selanjutnya saya diajak makan malam di
coto makassar Dg. Liwang
oleh sebagian kakak-kakak relawan komunitas KUN dan selanjutnya kembali dan
beristirahat.
Senin, 02 April
2018. Saat nya saya berpamit untuk melakukan
rutinitas awal. Berat rasanya meninggalkan kakak-kakak relawan komunitas KUN
yang saya rasa, saya memiliki keluarga baru di makassar yang menerima saya
dengan sangat baik dari saya datang dan sampai saat ini dan juga kepada adik-adik
di dusun Tanete Bulu yang baru saya jumpai. Senyum, canda tawa dari adik-adik
dan keramahan warga dusun tanete bulu yang saya selalu kenang dalam hidup saya.
Mendidik bukan
soal profesi guru,tutor, mentor dan lain sebagainya. Mendidik adalah perkerjaan
orang terdidik. Kalimat sederhana, yang menunjukkan siapapun yang merasa
dirinya pernah di didik mempunyai kewajiban dan hak untuk medidik orang lain. Saya
rasa terjawab sudah jawaban yang selama ini saya pertanyakan “Apakah kenyamanan
diperkotaan bisa dirasakan oleh semua warga Indonesia? Apakah teknologi dan
pendidikan bisa mudah digapai oleh adik-adik kita di pelosok negeri?”
Jawaban nya
sangatlah jauh dari kenyamanan dan kesetaran yang ada di pelosok negeri,
dimulai dari ketidaktersediaan nya listrik dari pemerintah, listrik didusun ini
dari PLTA di sungai sekitar jadi hanya beberapa saat saja adanya listrik,
adik-adik tidak beralaskan sepatu, tas yang sudah rusak, sekolah yang
beralaskan pasir, jangan ditanyakan soal internet sinyal pun tidak ada, tetapi
dengan jiwa-jiwa besar kakak-kakak relawan dari komunitas KUN sebagian
kekurangan tersebut mulai dikikis dengan adanya donasi untuk adik-adik dengan
adanya Tas, alat-alat ATK dan bentuk lainnya.
Terima kasih
banyak kepada kakak-kakak relawan Komunitas KUN saya mendapatkan banyak sekali
pengalaman, ilmu dan pengetahuan di pelosok negeri, sebagai bekal saya menjadi
manusia yang lebih baik lagi. Semoga kita bisa berjumpa lagi, salam untuk
pejuang pendidikan pelosok negeri! Terima kasih.
_______________
Ditulis oleh Relawan SEJARA Angk. X:
Nama : Rafly Anggiat (Kak Rafly)
Institusi :
Universitas Sahid Jakarta
Sosial Media :
@raflyanggiat