Sekelumit Cerita Dari Nurtaqwa Mahasiswa Unismuh Menjadi Relawan SEJARA

Nurtaqwa Mahasiswa Unismuh Mks

28 Agustus 2017 . Pendidikan di Indonesia saat ini sungguh memperhatikan dan sangat mengkhawatirkan banyak anak-anak di kota jaman sekarang yang malas ke sekolah malah lebih memilih bolos dan pergi ke warnet atau pun tempat nongkrong dan sudah terkontaminasi dengan gadget dan lainnya sedangkan anak-anak yang jauh di pedalaman yang jauh darih hiruk perkotaan sangat ingin merasakan dan mengenyam Namanya sekolah tapi apa dayam mereka tidak bisa berbuat apa - apa.

Saya Nurtaqwa asal Pangkep dan kuliah di universitas Muhammadikah Makassar jurusan Pendidikan Fisika. Saya ingin bercerita tentang pengalaman berharga saya menjadi relawan dari Sekolah jejak nusantara yang d naungi oleh komunitas Koin untuk Negri yang pada saat itu berangkat menuju dusun Bara kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros pada tanggal 16 Juli 2017. Perjalanan menuju ke tempat tujuan membutuhkan waktu 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor dan ketika sampai di dusun terakhir tepatnya di rumah tempat guru atau pencetus sekolah di dusun bara setelah ber istirahat dan lalu di lanjutkan dengan berjalan kaki mendaki gunung sekitar 4 jam dengan medan yang lumayan menyulitkan bagi kami para relawan. Dan ketika kami sampai di sana pada malam hari ternyata disana aliran listriknya rusak sehingga suasana di sana sangat gelap gulita kita hanya diterangi oleh lampu sederhana.

Hari pertama tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2017 di dusun bara kami dengan penuh semangat bersama adik-adik dusun bara berangkat menuju sekolah sambil menyanyikan lagu – lagu wajib bangsa indonesia dan hebatnya mereka semua hafal seperti lagu Indonesia Raya, Pancasila dan 17 Agustus tapi saya bertanya kepada adik disana berapa jarak sekolah dari dusun dan di situ lah saya mulai bersedih dari lubuk hati tapi dengan tetap senyum di depan adik2 bagaimana tidak jarak rumah dari sekolah mereka sekitaran setengah jam perjalanan atau sekitaran 3 Km menuruni bukit dan ketika kita kembali kita harus mendaki kembali kami saja yang sudah dewasa merasa sangat letih berjalan sedangkan siswa di sana hampir tiap hari jalan naik turun gunung dan juga saya sangat kasihan dengan ke adaan sekolah di dusun bara yang jauh dari kata sederhana dimana terdapat sebuah gedung yang sangat kecil dan di dalamnya dibagi menjadi tiga bagian.

Lebih mirisnya lagi gedung sekolah itu di tempati oleh anak SD yang berjumlah 6 klas dan juga MTs yang berjumlah 3 kelas sangat miris sekali, tapi kesederhanaan itu tidak lantas membuat adik - adik dari dusun bara malas ke sekolah malah mereka sangat bersemangat untuk belajar dan satu hal yang sangat membuat terharu di mana jaman sekarang banyak anak sekolah lebih memilih Dan menyukai jika gurunya tidak masuk sedangkan disana adik – adik sangat bersemangat belajar dan malah sangat sedih ketika gurunya tidak bisa hadir . Dan kebetulan hari itu bertepatan dengan tanggal kemerdekaan bangsa Indonesia sehingga kami dari relawan Sekolah jejak nusantara.

Mengadakan upacara Bendera bersama adik dusun bara lalu pada saat sore hari kami mengadakan lomba 17 an yang di ikuti adik2 dusun bara mereka sangat senang senyum mereka yang masih polos bak sebuah kertas putih yang belum di coret dan di tulisi dan belum terjangkit dengan modernisasi. Dan warga di sana juga sangat terlihat senang melihat perlombaan yang kami adakan untuk anak mereka seperti lomba makan kerupuk, lomba memasukkan pensil kedalaman botol dan juga lomba lari sarung.

Hari ke dua kami kembali kami terjun ke sekolah untuk melanjutkan kegiatan kami dan saya masih merasakan sampai sekarang capek dan lelahnya menuju ke sekolah sedangkan adik - adik disana hampir tiap hari jalan sungguh semangat yang luar bisa di mana anak di kota lebih menyukai bolos sedangkan adik2 di sini tetap semangat walau harus berjalan jauh demi menuntut ilmu.
Di hari kedua kami ke sekolah untuk melaksanakan program - program yang telah di buat. Program yang kami bawakan di hari ke dua yaitu mengajarkan adik - adik dusun bara berkreativitas sambil bernyanyi dan bergembira bersama dan siang harinya kami mengajarkan menulis dan membaca kepada adik2.

Hari ke tiga kami mengajarkan kalau banyak hal yang bisa kita ketahui dan dapatkan dari alam, sesuatu yang alami lebih baik dari pada sesuatu yang instan dan di siang harinya kami mengajarkan adik bahwa kita semua harus mempunyai cita - cita dan benar banyak adik-adik yang memili cita cita seperti menjadi tentara,polisi,dokter,kepala desa dan juga guru. Lalu kami dari beberapa relawan memakai baju dari beberapa cita – cita mereka seperti saya yang mendapatkan peran menjadi seorang tentara dan terlihat anak – anak di sana sangat senang. Dan ketika siang hari ketika saya berbincang bincang dengan satu – satunya guru di sana yaitu kak jannah kata beliau dia masih mahasiswa sejenak saya kaget dan lalu bertanya “jadi kak bagaimana carata mengajar kalau kuliahki” lalu beliu menjawab dalam satu minggu dia cma mengajar sebanyak 3 sampai 4 dan sisnya saya gunakan untuk kukiah . Lalu saya berkata kak jadi kalau tidak kesekolahki tidak sekolah juga adik-adik disini dan dia berkata tetap mereka tetap tiap hari datang kesekolah untuk belajar walaupun itu Cuma membaca buku sungguh memprihatikan kondisi adik – adik di dusun bara. Hari terakhir kami memberikan donasi kepada adik – adik SD berupa tas sekolah kepada 36 siswa.

Dan siangnya kami pun pamit pulang kepada adik dan warga dusun bara banyak air mata yang menetes.
Tapi hari itu bukanlah menjadi perpisahan melainkan permulaan bagi kami sebagai para relawan untuk kembali membantu membangun dusun bara dan untuk para calon relawan di luar sana marilah kita ulurkan tangan dan ilmu kita untuk membangun dan membantu adik – adik dusun bara mencapai cita – cita mereka karena merekalah calon generasi penerus dan pembangun bangsa kita.
Dari sudut negri kita menginspirasi..

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama