Mufti bersama adik-adik dalam penyaluran tas oleh KUN |
Mulai dari UNISMUH hingga melanjutkan di UNM, saya merupakan mahasiswa yang kurang aktif mengikuti organisasi maupun komunitas. Saya hanya bergelut di tugas-tugas kuliah saja, menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman-teman terdekat. Di bilang membosankan juga tidak karena saya sangat merasa nyaman pada zona ini. Beberapa tahun pun berlalu, sampai akhirnya saya mulai sadar kalau zona ini membuat saya tidak akan pernah bisa berkembang, saya tidak akan pernah bisa merasakan makna sebenarnya menjadi seorang manusia, tidak akan pernah mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, tidak akan pernah bisa melihat dan merasakan seberapa luasnya ciptaan Allah jika hanya berada disekitar kampus dan rumah saja.
Mulai dari kesadaran itulah, saya mulai tertarik melibatkan diri dalam komunitas yang peduli akan pendidikan dan sosial dan beberapa teman saya juga memperkenalkan beberapa komunitas yang ada dimakassar akan tetapi selalu terkendala dengan jadwal dan tugas kuliah. Hingga pada libur semester kemarin, teman saya membagikan informasi di grup kelas tentang komunitas Koin Untuk Negeri (KUN) yang akan mengadakan program Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA) dan saya merasa sangat tertarik dan mulai menggali informasi yang lebih dalam lagi tentang komunitas dan program ini. Melalui informasi-informasi dari teman saya, saya pun mendaftarkan diri dalam program SEJARA dan bergabung dalam komunitas Koin Untuk Negeri.
Rabu-Ahad (16-20 Agustus 2017), pagi itu saya bangun tidak seperti hari biasanya yang akan melakukan kegiatan yang sama setiap harinya akan tetapi hari itu berbeda, saya akan memulai hidup yang baru ditempat yang baru dengan orang-orang yang baru dan beralih dari zona nyaman saya selama ini, walaupun ada sedikit rasa cemas dan khawatir terhadap diri sendiri namun dengan penuh semangat dan berfikiran positif pagi itu saya mempersiapkan diri untuk keberangkatan, mengecek kembali perlengkapan yang akan dibawa ke lokasi. Suara ummi dan abahku terdengar dari luar kamar memberikan nasihat-nasihatnya seperti jangan lupa bawa ini dan itu, klo disana harus begini dan begitu, harus sabar karena bukan rumahta ditinggali, jangan suka mengeluh dan sebagainya (maklum kodong kah barusan pergi beginian anaknya,hhe). Dengan mata yang berkaca-kaca saya mencium tangan kedua orangtua dan meninggalkan mereka dengan raut wajah kekhawatiran karena pertama kalinya bagi mereka melepaskan anak perempuannya berpergian didaerah pelosok yang sama sekali mereka tak pernah bayangkan akan hal itu.
Kami para calon relawan, kakak-kakak panitia dan pengurus berkumpul mempersiapkan keberangkatan dan mengecek perlengkapan masing-masing setelah kelengkapan sudah selesai kamipun berangkat secara biriringan. Kamipun menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan menggunakan motor, jalanan yang sangat menantang namun untungnya saya bersama si perempuan tangguh yang mampu melewati jalanan tersebut. Sampai akhirnya kamipun sampai di rumah kak Jannah untuk beritirahat sejenak, melaksanakan shalat dan makan siang, sambutan hangat dari keluarga kak Jannah yang sangat membuat kami merasa sangat nyaman dan saya merasa memiliki keluarga baru. Setelah itu, kami bersiap-siap melanjutkan perjanan dengan berjalan kaki.
Dengan penuh semangat saya berjalan mendaki, menurun, melewati sungai, semak-semak dan entah apalagi saya lewati karena sedikit demi sedikit saya mulai merasa kelelahan, tenagaku mulai terkuras habis, akan tetapi saya mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa saya bisa melewatinya, saya harus kuat, saya harus berjuang demi niat untuk bermanfaat bagi oranglain. Berdasarkan niat dan keyakinan itulah pada akhirnya saya mampu melewatinya dan kamipun sampai pada pukul 18.30 dengan suasana gelap gulita naik kerumah Pak Dusun dan kami lagi-lagi disambut dengan suasana yang penuh dengan kekeluargaan. Malam itu kamipun beristirahat. Keesokan harinya, seluruh badan mulai terasa capeknya namun hal itu tidak menghalangi saya untuk tetap semangat dan bersia-siap kesekolah untuk melaksanakan upacara bendera memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia dan saya juga merasa sangat penasaran bagaimana keadaan sekolah itu dan siswa-siswanya.
Rasa penasaranku tidak langsung terjawab karena kami harus berjalan cukup jauh untuk sampai kesekolah tersebut, lelah itu pasti akan tetapi sesampai saya disekolah itu, rasa lelah itu menghilang begitu saja ketika melihat keadaan sekolah dan wajah-wajah polos serta senyuman dari siswa-siswa di sekolah tersebut. Mulai dari situlah, wajah polos dan senyuman mereka merupakan kekuatan tersendiri bagi saya. Semangat mereka bersekolah walaupun harus menempuh perjalanan yang sangat jauh, terlebih lagi keadaan sekolah mereka yang jauh sangat berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya akan tetapi tidak ada sama sekali keluhan-keluhan yang mereka lontarkan, mereka tetap semangat dan tersenyum bahagia.
Selama empat hari saya berada disana, setiap detik, menit, jam dan hari yang saya lalui memberikan pelajaran hidup bagi saya pribadi. Saya merasakan kebahagiaan, kepuasaan, kenikmatan, kenyamanan dan kesyukuran dengan melibatkan diri dalam kegiatan ini. Kertas-kertas ini tak akan mampu menuangkan begitu banyak cerita yang saya rasakan selama empat hari di Dusun Bara namun dalam tulisan ini saya hanya memberikan gambaran umum tetang apa yang saya dapatkan yang dimana saya tidak pernah dapatkan sebelumnya. Ini tentang nilai kehidupan yang saya dapatkan, yang tidak ada di mata kuliah apapun yang saya pelajari. Ini tentang anak-anak yang tinggal di pelosok daerah yang berjuang demi pendidikan mereka, mereka memiliki cita-cita seperti anak-anak lainnya yang hidup di kota. Jangan menunggu oranglain untuk peduli kepada mereka tapi sadarkanlah diri sendiri untuk peduli kepada orang-orang yang membutuhkan karena kita tidak harus memiliki nama besar untuk membantu mereka, cukup dengan kepedulian dan gerakan dari kita untuk mereka. Mari sama-sama kita menjadi bagian dalam mewujudkan mimpi dan cita-cita mereka, menjadi bagian dari senyuman manis mereka, menjadi bagian dari perjuangan mereka dalam mengenyam pendidikan. Selama ada niat yang tulus dan ikhlas maka selalu ada ridho dari Allah didalamnya.
Ayo bergabung bersama kami di komunitas Koin Untuk Negeri. DARI SUDUT NEGERI KITA MENGINSPIRASI.
Tags:
opini