Herna bersama adik-adik |
Membahas tentang sebuah komunitas atau kegiatan di luar kampus, mungkin saya adalah salah satu mahasiswi yang pertama kalinya melakukan suatu perjalanan di luar kegiatan kampus. Sebelum memulai goresan tinta pengalaman saya, perkenalkan nama saya Herna, putri tunggal dari pasangan Made dan Asse yang dibesarkan dalam suatu lingkungan yang sangat sederhana. Sebuah desa yang jauh dari perkotaan, dimana orang-orang disana pada waktu itu pekerjaannya adalah bertani. Desa itu bernama Calio, Kec. Lilirilau, Kab. Soppeng, Sulawesi Selatan. Saya salah satu alumni dari Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh), dan sekarang menjadi mahasiswi Program Pascasarjana di Universitas Negeri Makassar (UNM). Sebelumnya di S1 saya jarang sekali mengikuti kegiatan di luar kampus dan hampir tidak pernah, bukan karena tidak ingin tapi saya merasa belum menemukan sebuah komunitas yang cocok. Sampai akhirnya saya menemukan suatu komunitas yang bernama Koin Untuk Negeri (KUN), di mana didalamnya memiliki Program Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA).
Komunitas ini merupakan sebuah komunitas yang merekrut orang-orang yang berhati mulia, tangguh, dan cerdas untuk menjadi relawan di salah satu sekolah yang terpencil yang ada di Maros, tepatnya di Dusun Bara, Desa Bonto Somba, Kec. Tompobulu, Kab. Maros, Sul-Sel. Pada tanggal 16 Agustus 2017, kami para relawan harus menempuh jarak yang cukup jauh dengan berjalan kaki melewati sungai, hutan, dan mendaki gunung. Perjalanan ini cukup menguras tenaga sampai saya harus terjatuh dua kali saat melakukan pendakian. Namun, itu bukan akhir dari segalanya. Di sekeliling kami telah dilimpahkan keindahan yang luar biasa dari Sang Pencipta. Rasa puas melihat sungai-sungai yang memiliki air yang jernih, serta bukit-bukit yang indah membuat rasa lelah saya terobati.
Ketika sampai di Dusun Bara bersama teman-teman relawan, ada sesuatu yang membuat saya “jatuh cinta”. Pasti teman-teman yang membaca langsung bertanya “jatuh cinta karena apa yah?”. Bagiku tempat ini membuatku jatuh cinta dengan orang-orang yang ada di dalamnya, jatuh cinta dengan lingkungannya, serta merasa bangga bahwa kami para relawan mampu sampai ke tempat ini dengan segala tenaga yang kami miliki. Keesokan harinya, kami menuju sekolah untuk melakukan suatu kegiatan yang sakral yaitu upacara penaikan bendera merah putih yang dilakukan bersama dengan adik-adik di Bara, karena hari itu bertepatan tanggal 17 Agustus 2017 yang merupakan hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Di hari berikutnya kami mulai melaksanakan program-program yang sudah direncanakan sebelumnya yaitu mengajar adik-adik di Bara, sesuai dengan kelas kami masing-masing. Ditempat ini saya akhirnya menemukan sesuatu yang lebih berharga di hari-hari sebelumnya. Sesuatu yang membuat hati saya tersentuh, dan merasa bahwa kelelahan yang saya alami kemarin itu tidak sebanding dengan adik-adik yang ada di dalam kelas saya. Saat melihat adik-adik dengan senyum yang penuh semangat menerima pelajaran yang diberikan serta dengan kaki-kaki mereka yang mungil penuh debu karena melewati jalanan dengan penuh rintangan dan tantangan disebabkan harus naik-turun gunung menuju ke sekolah demi suatu pendidikan. Tidak ada rasa lelah dimata mereka, hanya senyum indah yang terpancar diwajahnya.
Saat itu pula terlintas dibenak saya bahwa Komunitas KUN ini telah memberikan pengalaman yang luar biasa di dalam hidup saya dan tidak pernah saya temukan di dunia pendidikan. Melakukan suatu hal yang kecil tapi memiliki dampak yang besar dan berguna membuat saya ingin kembali lagi ketempat ini. Seperti apa yang dikatakan di awal tulisan ini bahwa “Jangan tanya apa yang dilakukan oleh negara untukmu, tapi tanyalah apa yang kamu bisa lakukan untuk negara”. Saya yakin komunitas ini akan melahirkan relawan-relawan yang hebat berikutnya.
“DARI SUDUT NEGERI KAMI MENGINSPIRASI”
Tags:
opini