Afir Mahasiswa Unismuh |
Rasa egoisme, keras kepala, acuh, bodoh amat, epen, dan masih banyak lagi adalah hal yang mulai tergerus dalam pikiran ini, seakan semua itu hanyalah simponi lagu yang hanya bisa dirasakan dengan sesaat.
Kondisi di Dusun Bara adalah sedikit gambaran betapa tidak adilnya pendidikan di indonesia,hak setiap anak bangsa adalah sebuah mitos belaka bagi mereka,pantas saja ketika di tanyai tentang pancasila mereka tidak tau, mengapa demikian? Bukankah seorang anak harus ditanamkan nilai" pancasila agar dapat melanjutkan pembangunan bangsa? Akhhh sudahlah tidak pantas kita menuntut mereka untuk tau dan hafal dasar negara kita. Mengapa demikian? Banyak bertanya akan merusak kerja otak kita, lihat dan pikirkan mengapa demikian.
Kehidupan sosial yang pada umumnya kita jumpai di tengah-tengah keramaian kota adalah sebuah azab bagi negeri ini, perzinahan di mana-mana,kerja gotong royong tergantikan dengan uang, saling berbagi antar tetangga hanyalah tradisi nenek kita,semua itu berbanding terbalik dengan kehidupan mereka yg ada di Dusun Bara, dimana canda dan tawa mereka mempunyai makna yang begitu religius yang menarik untuk kita cermati, semua tatanan sosial terjaga dengan baik, kejujuran adalah sebuah kebiasaan bagi mereka.
Kegiatan kemarin adalah keputusan yang tidak akan pernah di sesali oleh tubuh ini,raga dan jiwa ini seakan terlahir kembali setelah melihat kehidupan yang jauh dari kata politik, sempat terlintas dalam pikiran ini apakah sekolah hanya candu??? Pertanyaan ini muncul akibat komplikasi yang dimuat pikiran ini, entah karena kesal, kasihan, bangga, antusias terhadap suasana sosial di Dusun Bara, mungkin semua ini adalah jalan yang diberikan oleh Tuhan untuk membuat pikiran ini menjadi lebih berguna.
Terima kasih untuk semuanya yang telah terlibat dalam kegiatan KUN dengan program Sekolah Jejak Nusantara, kegiatan kemarin membuat pikiran, jiwa dan tekanan sosial yang ada pada diri saya terlahir kembali.
Tags:
opini